KONSEP DIRI REMAJA (Bimbingan Konseling Kelas X Materi Ke-4)


Pengertian dan Komponen Konsep Diri

Para ahli psikologi dan komunikasi memberikan rumusan tentang konsep diri sebagai berikut:

➤  Konsep diri adalah gambaran, pandangan, keyakinan, dan penghargaan, atau perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (R.H. Dj. Sinurat). 

➤  Konsep diri adalah penghargaan diri, nilai diri, atau penerimaan diri. Konsep diri meliputi semua keyakinan dan penilaian tentang diri sendiri. Hal ini akan menentukan siapa kita dalam kenyataan, tetapi juga menentukan siapa kita menurut pikiran sendiri, apa yang dapat kita lakukan menurut pikiran sendiri, dan menjadi apa menurut pikiran sendiri (Burns).  

➤  Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7) 


Komponen Konsep Diri

Komponen konsep diri antara lain adalah:
1.  Gambaran diri, adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik sadar maupun tidak sadar. Meliputi: performance, potensi tubuh, persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
2.  Ideal diri, adalah persepsi individu tentang perilakunya yang disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita.
3.  Harga diri, adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut.
4.  Peran diri, adalah pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya dimasyarakat.
5.  Identitas diri, adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian sebagai sintesis semua aspek konsep diri sebagai sesuatu yang utuh. 

Sehubungan dengan konsep diri, beberapa hal mulai berkembang pada masa remaja, antara lain: 

➤  Pengetahuan tentang diri sendiri bertambah
➤  Harapan-harapan yang ingin dicapai di masa depan muncul 
➤  Terjadi penilaian diri atas tingkah laku dan cara mengisi kehidupan sementara terdapat 3 dimensi konsep diri, yakni:

1.  Pengetahuan tentang diri sendiri 
Dalam benak pikiran seseorang telah memiliki data tentang siapa dirinya. Semakin banyak tahu tentang deskripsi diri akan semakin baik konsep dirinya. Contoh: “Saya Hartini kelas I SMK, pendiam, mudah tersinggung, pintar, jago matematika, hemat, setia, kurang percaya diri, taat beribadah”. Wawasan tentang diri ini semakin lama semakin luas sesuai dengan dinamika konsep dirinya. 

2.  Pengharapan terhadap diri
Disebut juga dengan Diri Ideal, yakni harapan dan kemungkinan dirinya menjadi apa kelak sesuai dengan idealismenya. “Diri Ideal” setiap orang berbeda-beda, ada yang mengharap dirinya menjadi pengusaha yang sukses, akuntan yang jujur, psikolog yang taqwa, sebaliknya ada pula orang yang ingin  meraih popularitas dalam bermasyarakat. Contohnya: Politikus yang adil, pengusaha yang dermawan, dan lain- lain.

3.  Penilaian terhadap diri sendiri
Disebut juga dengan Diri Ideal, yakni harapan dan kemungkinan dirinya menjadi apa kelak sesuai dengan idealismenya. “Diri Ideal” setiap orang berbeda-beda, ada yang mengharap dirinya menjadi pengusaha yang sukses, akuntan yang jujur, psikolog yang taqwa, sebaliknya ada pula orang yang ingin meraih popularitas dalam bermasyarakat. Contohnya: Politikus yang adil, pengusaha yang dermawan, dan lain- lain. 

Kita bisa melihat konsep diri dari empat sudut pandang, yakni: 

1.  Konsep diri positif (tinggi) dan konsep diri negatif (rendah). Sudut Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif  menunjukkan karakteristik sebagai berikut: 

➤  Merasa mampu mengatasi masalah. 
➤  Merasa setara dengan orang lain.
➤  Menerima pujian tanpa rasa malu.
➤  Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang. 

Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

➤  Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
➤  Bersikap responsif  terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan. 
➤  Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain di sekitarnya memandang dirinya dengan negatif. 
➤  Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain. 
➤  Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.

1.  Konsep diri fisik dan konsep diri sosial. Sudut pandang ini membedakan pandangan diri kita sendiri atas pribadi kita dan pandangan masyarakat atas pribadi kita. 

2.  Konsep diri emosional dan konsep diri akademis. Dengan sudut pandang ini kita bisa membedakan pandangan diri sendiri yang dipengaruhi oleh perasaan/faktor psikologis dan yang secara ilmiah bisa dibuktikan.

3.  Konsep diri riil dan konsep diri ideal. Sudut pandang ini membedakan diri kita yang nyata/sebenarnya dan yang kita cita-citakan. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri 

Konsep diri bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil belajar. Semenjak manusia mengenal lingkungan hidupnya, sejak itu pula ia belajar banyak hal tentang kehidupan. Berdasarkan pengalaman hidupnya, seseorang akan menetapkan konsep dirinya berdasarkan berbagai faktor. Menurut E.B. Hurlock, seorang psikolog, faktor-faktor itu adalah bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan julukan, inteligensi kecerdasan, taraf aspirasi/ cita-cita, emosi, jenis/gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman-teman, dan tokoh/orang yang berpengaruh. 

Apabila berbagai faktor itu cenderung menimbulkan perasaan positif (bangga, senang), maka muncullah konsep diri yang positif. Pada masa kanak-kanak, seseorang biasanya cenderung menganggap benar apa saja yang dikatakan oleh orang lain. Jika seorang anak merasa diterima, dihargai, dicintai, maka anak itu akan menerima, menghargai, dan mencintai dirinya (berkonsep diri positif). Sebaliknya, jika orang-orang yang berpengaruh di sekelilingnya (orang tua, guru, orang dewasa lainnya, atau teman-temannya) ternyata meremehkan, merendahkannya, mempermalukan, dan menolaknya, maka pengalaman itu akan disikapi dengan negatif (memunculkan konsep diri negatif). 

Proses Pembentukan Konsep Diri 

Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga  dewasa.  Lingkungan,  pengalaman  dan  pola  asuh  orang  tua  turut  memberikan  pengaruh  yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respons orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, sering kali anak-anak yang tumbuh dan  dibesarkan  dalam  pola  asuh  yang  keliru  dan  negatif,  ataupun  lingkungan  yang  kurang  mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya: suka memukul,  mengabaikan,  kurang  memperhatikan,  melecehkan,  menghina,  bersikap  tidak  adil,  tidak pernah  memuji,  suka  marah-marah,  dan  sebagainya—dianggap  sebagai  hukuman  akibat  kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. 

Jadi  anak  menilai  dirinya  berdasarkan  apa  yang  dia  alami  dan  dapatkan  dari  lingkungan.  Jika lingkungan  memberikan  sikap  yang  baik  dan  positif,  maka  anak  akan  merasa  dirinya  cukup  berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif. 

Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang  bisa  bertahan  dalam  jangka  waktu  tertentu,  namun  ada  pula  yang  mudah  sekali  berubah  sesuai dengan  situasi  sesaat.  Misalnya,  seorang  merasa  dirinya  pandai  dan  selalu  berhasil  mendapatkan  nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah.  Bisa saja saat itu ia jadi merasa "bodoh", namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai. 

Johari Window ( Jendela Johari ) 

Joseph  Luft  dan  Harrington  Ingham ,  mengembangkan  konsep  Johari  Window  sebagai  perwujudan bagaimana  seseorang  berhubungan  dengan  orang  lain  yang  digambarkan  sebagai  sebuah  jendela. ‘Jendela’  tersebut  terdiri  dari  matrik  4  sel,  masing-masing  sel  menunjukkan  daerah  self  (diri)  baik  yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut di antaranya:

1.  Daerah publik,
2.  Daerah buta,
3.  Daerah tersembunyi, dan
4.  Daerah yang tidak disadari.  


Di sini  ada  konsep  Johari  Window  atau  jendela  Johari  yang  menggambarkan  pengenalan  diri  kita, ada empat Jendela Johari di antaranya:

➤  Jendela terbuka.  Hal-hal  yang  kita  tahu  tentang  diri  sendiri,  tapi  orang  lain  pun  tahu.  Misalnya  keadaan  fisik,  profesi, asal daerah, dan lain-lain.  

➤  Jendela tertutup.  Hal-hal mengenai diri kita yang kita tahu tapi orang lain tidak tahu. Misalnya isi perasaan, pendapat, kebiasaan tidur, dan sebagainya.  

➤  Jendela buta.  Hal-hal  yang  kita  tidak  tahu  tentang  diri  sendiri,  tapi  orang  lain  tahu.  Misalnya  hal-hal  yang  bernilai positif dan negatif pada kepribadian kita.  

➤  Jendela gelap.  Hal-hal  mengenai  diri  kita,  tapi  kita  sendiri  maupun  orang  lain  tidak  tahu.  Ini  adalah  wilayah  misteri dalam kehidupan. 

Jika  kita  ingin  benar-benar  mengetahui  siapa  diri  kita,  maka  kita  harus  bisa  membuka  jendela  tersebut selebar mungkin, karena semakin kita memuka lebar jendela itu, maka kita akan semakin mengerti siapa diri kita. Ada beberapa cara untuk kita agar bisa membuka jendela itu selebar mungkin : 

➤  Cobalah untuk selalu terbuka kepada orang lain, jangan menjadi orang yang munafik dengan berlagak diri  kita  itu  perfect.  Dengan  adanya  keterbukaan,  maka  teman-teman  kita  pun  akan  bisa  terbuka kepada kita.  
➤  Bersikaplah  apa  adanya,  karena  dengan  sikap  kita  yang  natural  tanpa  dibuat-buat,  maka  kita  akan mulai bisa menjadi diri kita sendiri.  
➤  Mau  menerima  saran  maupun  kritik  dari  orang  lain.  Kritikan  negatif  akan  membuat  kita  semakin baik.  
➤  Cobalah  untuk  berteman  dengan  siapa  saja,  jangan  hanya  pada  satu  komunitas  saja…selama  itu membawa dampak yang positif.

Komentar

Postingan Populer